Kamis, 14 Juni 2012
Rabu, 13 Juni 2012
resume topik 12 nichren soshu
- Aliran Nichren soshu
Nichiren Shōshū adalah sebuah aliran agama Buddha yang berasal dari Jepang. Pendiri ajaran ini, bernama Nichiren Daishonin, dianggap oleh penganut aliran ini sebagai Sang Buddha pokok. Sekte ini merupakan salah satu dari sekian banyak sekte Nichiren yang ada di Jepang. Sekte Nichiren Shoshu ini berpusat di Taisekiji, Fujinomia, propinsi Shizuoka, Jepang. Sekte ini juga menjadikan pewaris Dharma kedua, Nikko Shonin dan pewaris Dharma ketiga, Nichimoku Shonin, sebagai pendiri sekte Nichiren Shoshu.
- Sejarah
Agama Buddha menyebar dari India ke Tiongkok, lalu ke Korea, dan dari Korea lalu masuk ke Jepang. Berbeda dengan agama lain, agama Buddha sangat terbuka alias terus terang mengungkapkan dasar pokok pendirian sektenya, atau alasan Buddhaloginya. Dalam teriminologi buddhisme dinamakan dasar sutra. Sutra adalah catat catatan tertulis dari ajaran sang Buddha Sakyamuni, dan jumlahnya mencapai puluhan ribu buah. Secara logika tentunya teramat sulit untuk mengetahui apa lagi memahami dan menguasai semua sutra-sutra itu. Sehingga secara aktual penganut awan Buddhisme biasanya mengacu kepada Bhikku sebagai guru dharma pribadi masing-masing. Setelah Sang Buddha Sakyamuni moksa, Air Dharma diwariskan kepada Ananda, dan Ananda mewariskan kepada penerus-penerus berikutnya antara lain Nagarjuna, Vashubandu, Tien Tai, Dengyo dan seterusnya. Kalau dilihat dari dasar buddhalogi, Nichiren Shoshu berawal dari Saddharma Pundarika Sutra versi terjemahan dari Kumarajiva, serta Sastra Ichinen Sanzen, Hokke Mong-gu, dan Hokke Geng-gi, karya maha guru Tien Tai, maha guru Mio Lo, maha guru Dengyo. Sastra adalah penjelasan, penguraiaan, pemaknaan dari sebuah sutra. Kumarajiva adalah seorang bhikku dari India yang menyebarkan agama Buddha ke Tiongkok. Beliau adalah salah satu peterjemah sutra dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Tionghoa yang sangat terkenal dan terpercaya. Kumarajiva diyakini mampu "memindahkan" makna sutra dari bahasa Sanskerta ke bahasa Tionghoa dan karya agung beliau tersebut sampai saat ini masih ada dan masih diterbitkan dalam buku di Jepang dan Taiwan. Sebagai "bukti" hal tersebut, ketika beliau wafat dan di kremasi, lidah beliau, tidak bisa terbakar.
Di Tiongkok, Mahaguru Tien Tai menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra. Dalam bahasa Tionghoa Saddharma Pundarika Sutra disebut Miao Hua Lien Hwa Cing dan dalam bahasa Jepang dibaca Myohorengekyo. Sutra Saddharma Pundarika adalah ajaran Buddha Sakyamuni mazhab Mahayana. Dari Tiongkok, Myohorengekyo atau Saddharmapundarika-sutra lalu disebarkan ke Jepang oleh Mahaguru Dengyo.
Buddha Nichiren Daishonin terlahir dengan nama Zennichi Maro pada tanggal 16 Februari 1222 di desa kecil Kominato, Provinsi Awa(sekarang daerah Chiba) Jepang. Sejak usia 12 tahun Zennichi Maro masuk ke kuil untuk menjadi bhikkhu. Pada usia 16 tahun dia ditahbiskan menjadi bhikkhu dengan nama Zesho-bo Renco.
Setelah lebih dari 20 tahun mempelajari berbagai sutra dari sekte-sekte di berbagai kuil, maka beliau berkesimpulan hanya Saddharma Pundarika Sutra yang merupakan sebagai ajaran terpokok dari Buddha Sakyamuni yang bisa menyelamatkan umat manusia dari berbagai penderitaan hidup dan mati. Sejak itu beliau menyebut diri Nichiren.
- Ajaran-Ajaran Nichren Soshu
Menurut ajaran Nichiren Shoshu berdasarkan Hukum Mistik Nam Myoho Renge Kyo, Nichiren Daishonin memenuhi misi kedatangannya, selaras dengan ramalan Buddha Sakyamuni (k.k. 563 SM - k.k. 483 SM; juga dikenali sebagai Siddhartha Gautama) yang menyatakan bahawa selepas 2,500 tahun kematiannya, akan bangkit seorang pengganti yang menjadi Buddha Benar untuk zaman yang akan datang. Ini merupakan perbezaan doktrin yang utama antara Nichiren Shoshu dengan Nichiren Shu yang mendakwa bahawa Nichiren bukannya Buddha, tetapi hanyalah saminya.
Aliran Buddha Nichiren Shoshu percaya bahawa bodhi atau "makrifat peribadi" mampu dicapai dalam tempoh hayat seseorang. Amalan mereka bertumpu kepada pembacaan Gohonzon yang berbunyi Nam Myoho Renge Kyo (juga ditulis dan disebut Namu Myoho Renge Kyo) yang membawa maksud "Saya berserah kepada Hukum Mistik Sebab Akibat." Dengan kata yang lain, setiap manusia akan menyebabkan sesuatu melalui fikiran, percakapan dan amalan masing-masing, dengan sebab yang baik menghasilkan kesan positif dan sebab yang buruk menghasilkan kesan negatif (lihat karma). Menurut agama Buddha Nichiren Shoshu, hukum sebab akibat ialah prinsip sejagat yang mendasari semua fenomena dan peristiwa harian, baik yang boleh dilihat mahupun yang tidak. Oleh itu, penganut-penganut Nichren Shoshu cuba bersungguh-sungguh untuk meningkatkan keadaan hidup mereka dan mencapai makrifat melalui perbuatan yang mematuhi hukum in dalam kehidupan sehari-hari mereka dan melalui berkongsi kepercayaan Hukum Mistik Nam Myoho Renge Kyo ini dengan orang-orang yang lain.
Dalam agama Buddha Nichiren Shoshu, Objek Penyembahan asas ialah Dai-Gohonzon yang ditulis oleh Nichiren Daishonin pada 12 Oktober 1279. Objek tersebut yang menggunakan askara Cina dihormati sebagai satu-satunya entiti makrifat Nichiren Daishonin. Setiap penganut Nichiren Shoshu atau keluarga mempunyai sebuah salinan Dai-Gohonzon yang lebih kecil yang dihasilkan dan ditahbiskan oleh seorang Sami Besar Nichiren Shoshu yang memegang jawatan ini secara berturut-turut, dan diberikan kepada para penganut baru oleh seorang sami Nichiren Shoshu semasa upacara inisiasi kuil tempatan yang berada di seluruh dunia. Kuil Taisekiji, kuil utama agama Buddha Nichiren Shoshu, terletak berhampiran dengan kaki Gunung Fuji di Jepun, dan dikunjungi setiap tahun atau dari semasa ke semasa oleh para penganutnya, baik secara individu mahupun secara kumpulan.
Setiap pagi dan petang, para pengamal Nichren Shoshu menyakinkan diri serta memperbaharui kepercayaan mereka dengan melakukan Gongyo yang melibatkan pembacaan beberapa bab Sutra Teratai yang dianggap sebagai ajaran Buddha Sakyamuni yang tertinggi dan mendalam, lalu menyebut berulang-ulang Nam Myoho Renge Kyo semasa menghadap Gohonzon, sementara menumpukan perhatian kepada askara Cina, Myo. Amalan ini, khususnya apabila dikongsi dengan orang lain, dianggap sebagai Sebab Benar untuk mencapai keadaan tenang kehidupan sedar yang membenarkan penganutnya mengalami dan menikmati kehidupan yang lebih bermakna dan menghadapi cabaran-cabaran kehidupan harian dengan penuh keyakinan. Agama Buddha Nichiren Shoshu merujuk kepada ini sebagai "menggantikan racun dengan ubat".
resume topik 11 aliran mantrayana,sahajayana,vajrayana
Dalam tahap awala perkembangan di Tibet, tantrayana berkembang menjadi tiga aliran yaitu:
- 1. Mantrayana
Tujuan mantrayana adalah sama seperti apa yang dituju oleh aliran-aliran lainnya dalam agama budha yakni kemanunggulan manusia dengan penerangan sempurna secara spiritual.untuk mencapai tujuan menurut konsepsi mantrayana adalah:
- a. Bodhi pranidhi citta : tingkat persiapan untuk pencapaian kebudhaan
- b. Bodhi prasthana : tingkat pelasanaan sesungguhnya dalam usaha menuju cita-cita
- 2. Vajrayana
Aliran Vajrayana atau kadang disebut Vajrayana, adalah suatu ajaran Buddha lebih sering dikenal dengan nama Tantra atau Tantrayana. Namun banyak juga istilah lain yang digunakan. Dalam ajaran Vajrayana, latihan meditasi sering dibarengi dengan visualisasi. Istilah "Vajrayana" berasal dari kata vajra yang dalam bahasa sanskerta bermakna 'halilintar' atau 'intan'. Vajra melambangkan intan sebagai unsur terkeras di bumi, maka istilah Vajrayana dapat bermakna Kendaraan yang tak dapat rusak.
Dalam Vajrayana ada enam cara untuk mencapai pembebasan melalui proses pemakaian yang melibatkan Panca Skandha (kombinasi manusia antara kekuatan/energi fisik dan mental yang selalu berada dalam keadaan berubah), Panca Skandha tersebut diantaranya :
- Melalui proses pemakaian
- Melalui proses pendengaran
- Melalui proses ingatan
- Melalui proses penglihatan
- Melalui proses pengecapan
- Melalui proses sentuhan
- sahajayana
sahajayana merupakan aliran yang erat hubungannya dengan vajrayana. Sahaja secara harfiah ada Aliran Vajrayana atau kadang disebut Vajrayana, adalah suatu ajaran Buddha lebih sering dikenal dengan nama Tantra atau Tantrayana. Namun banyak juga istilah lain yang digunakan. Dalam ajaran Vajrayana, latihan meditasi sering dibarengi dengan visualisasi. Istilah "Vajrayana" berasal dari kata vajra yang dalam bahasa sanskerta bermakna 'halilintar' atau 'intan'. Vajra melambangkan intan sebagai unsur terkeras di bumi Ajaran Vajrayana sering juga disebut dengan Praktek Rahasia, atau Kendaraan Rahasia. Hal ini menggambarkan bahwa ketika seorang praktisi semakin merahasiakan latihannya, maka ia akan semakin mendapatkan kemajuan pencapaian dan berkah dari latihan yang ia lakukan. Semakin ia menceritakan tentang latihannya, maka semakin sedikit berkah yang akan di peroleh. lah dilahirkan bersama-sama. Sahajayana, dharmakarya
resume topik 10 aliran hinayan dan mahyana
- A. Pengertian Hinayana
Kata hinayana terdiri dari bahasa pali dan sanskerta terdiri dari hina(kecil)dan yana(kendaraan)Pokok ajaran hinayana:- Ø Segala sesuatu bersifat fana beradauntuk sesaat saja
- Ø Dharma-dharma
- Ø Tujuan hidup adalah nirwana
- Ø Cita-cita yang tertinggi adalah arahat
Kitab suci hinayana:- Vinaya pitaka
- Sutta pitaka
- Abidhama pitaka
- B. Aliran Mahayana
Mahayana terdiri dari dua kata yaitu:Maha: besarYana: kendaraanAliran Mahayana adalah aliran hinayan yang diberi pelajarn-pelajaran extra yang dipelopori oleh BudhaghosaKitab-kitab karangannya:- Buddacarita
- Saundarananda kavya
- Sutralamkara
- Mahyana craddha utpada
Kitab suci Mahayana:- Karandavyuha
- Suhhavatisvaha
- Saddharmapundarika
- Lankavatara sutra
- Avatamkara sutra
- Vajraccedhika sutra
Cirri-ciri mahyana:- Dalam memandang kenyataan dunia menggunakan realism, idealis
- Mengajarkan kemutlakan yang abadi
- Menganggap budha Gautama adalah guru
- Percaya bahwa nibana dapat tercapai melalui bantuan orang lain
- Jasa dapat di teransfer kepada orang lain
- Mengakui boddhisatwa mencapai peneran gan sempurna
- Ritual dan praktek mahyana
Dalam prakteknya menuntun atau membimbing umatnya untuk menghayati dan merealisasikan budha darma.
resume topik 9 budha di korea dan jepang
- .Budha di koreaAgama budha di korea pada tahun 372 M pada pemerintah kerajaan Gegureyo yang berasal dari dinasti Qin. Peranan korea pada sejarah agama budha terletak pada kedudukan sebagai jembatan penyebrangan agama budha dari cina ke jepang. Dan masa keemasan budha di korea terjadi pada dinasti wangAgama budha dikorea jaman modern. Pada beberapa decadetelah menjadi kebangkitan kembali yang melibatkan upaya-upaya untuk menyesuaikan ajaran budha dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada masa masyarakat modern.B. agama budha di jepangAwal masuknya budha ke jepang pada tahun 853 M abad ke 9 M.Sebelum Buddha Masuk, Kaisar pertama Jepang yang bernama Jimu Teno (kepala suku Yamato), sepakat untuk memeluk agama Shinto. Simbol yang melekat pada kekuasaan suku Yamato adalah cermin, permata dan pedang yang dilambangkan sebagai matahari, bulan dan kilat. Barula antara abadke-3 dan ke-6 jepang mulai menerima pengaru keagamaan dari luar khususnya korea, karena pada saat itu Jepang bermaksud untuk membentuk sebuah aliansi kedua Negara antara Jepang dan Korea.Pada tahun 604 M tepatnya pada masa pangeran Shotoku agama Buddha telah memasuki istana dengan kata lain Buddha menjadi agama Negara dan pada tahun 607 M klenteng pertama didirikan di Horyuji. Selanjutnya pada periode Asuka (592-628) masyarakat jepang berlomba-lomba mendirikanklenteng dan dapat dikatakan semua golongan masyarakat yang terpandang memeluk agama Buddha. Dan pada pemerintahan Nara (710-784) agama Buddha berkembang pesat. Pada periode Nara ini ditandai dengan munculnya beberapa sekte dalam agama Buddha di Jepang yaitu :jojisu1. kegon2. sanron3. hossoYang termasuk sekte Mahayana:
- Jojisu
- Kusha
- Ritsu
Yang termasuk sekte teravada:- Saicho
- Kukai
Memasuki abad ke 13 M terjadinya gejolak perselisihan dan perbuatan penguasa negara maka munculah sekte di jepang- Sekte zen
- Sekte amida
- Sekte nicren sozu
Rabu, 23 Mei 2012
Resume topik 7(agama budha di india dan di tiongkok)
a.
Agama
budha di india
Sejarah perkembangan budha di india terbagi menjadi 3 periode
1.
Masa
perkembangan awal
Masa
perkembangan wawl ini terdapat konsili-konsili:
Konsili ke 2:
di vesali, bahwa kelompok yang ingin tetap mempertahankan kemurnian vinaya
berjumlah lebih kecil ari pada kelompok yang menginginkan perubahan-perubahan .
Kelompok pertama kemudian menamakan diri stavirda yang kelak disebut teravada,
sedangkan kelompok bhiku yang menginginkan perubahan menamakan diri
mahasanghika.
Pada
konsili ke 2 sebagai awal adanya 2 kelompok yakni mahasanghika vajian yang
kemudian dikenal dengan aliran sselatan hinayana.
Pada konsili ke
3 diadakan sebagai akibat dari sebagian bhiku yang menganut pandangan saravas
tivadin, sebagai melawan pandangan tradisional dari yang lebih tua.
Dari konsili 1 sampai 4 secara garis besar terpecahlah aliran budha
menjadi empat aliran besar yaitu:
·
Sthavirada
menjadi aliran yang sekarang bernama teravada budhis, sedangkan mahasangika dan
sarvastivada kelak menjadi aliran mahayan budhis.
·
Teravada
budhis berkembang di india semasa raja asoka dan di bawa oleh putra raja asoka
yang bernama mahinda ke srilanka dan kelak dari srilanka menyebarlah budha teravada
ke asia tenggara pada abad ke 11
·
Mahyana
budhis berkembang di india sebagai bukti adanya perguruan budhis nalanda sampai
seribu tahun, sampai di hancurkannya oleh pendatang dari Persia.
2.
Masa
kekuasan raja asoka
Sebelum raja
asoka naik tahta, beliau memegang kuasa sabagai raja muda di india barat, di
tahun 249 SM raja asoka mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan
kelahiran sidharta Gautama .
Pada tahun ke
sepuluh masa pemerintahan raja asoka di selenggarakan sangayana yang ke tiga di
ibukota maghada, pataliputta. Diberitahukan bahwa pada saat itu terdapat
delapan belas aliran dalam ajaran budha .
Yang penting dalam sejarah pemerintahan
raja asoka yan membuat namanya terkenal adalah tulisa-tulisan yang dipahat pada
dinding2 dan tiang-tiang batu kebanyakan diantara prasati 2 masih terpelihara
serta dapat diselidiki dan ditapsirkan isinya oleh ahli-ahli kesussastraan
india.
3.
Kemunduran
agama budha di india
Kemunduran
budha disebabkan oleh serangan bangsa hun putih dari utara yang banyak menghancurkan
pusat-pusat peribadatan agama budha . jumlah wihara yang semakin berkurang
sehingga penyebaran agama budha semakin melemah, kemunduran sangha di sebabkan
banyaknya unsure non budhis yang masuk ke dalam budha.
a.
Agama
budha di tiongkok
Agama budah muncul di tiongkok pada abad sekitar abad pertama .
agama budha tumbuh dengan suvur selama awal dinasti tang. Dinasti ini memiliki
cirri keterbukaan kuat terhadap pengaruh asing, dan pertukaran unsure
kebudayaan dengan india karena banyaknya perjalanan bhiksu budha ke india dari
abad ke 4 sampai abad ke 11.
Agama budha di cina juga
melahirkan beberapa aliran besar dalam golongan budha Mahayana:
·
Aliran
chan atau dhyana yang didirikan oleh boddhidarma, aliran ini di kenal sangat radikal terhadap
kitab suci yang menjadi sumber ajaran agama budha dan bermaksud untuk kembali
pada semangat ajaran budha yang asli sehingga aliran yang didirikannya sangat
member tekanan pada teks-teks suci.
·
Aliran
vinaya, ajaran ini menekankan pada pelaksanaan vinaya secara ketat. Menurut
aliran ini, pengingkaran terhadap dunia dan kesusilaan merupakan kondisi
kehidupan sang budha . oleh karena itu aliran ini menekankan pada kehidupan
misyik dan membiara.
·
Aliran
ching tu atau tanah putih. Ajarannya didirikan pada kitab amithayadana, sebuah
kitab yang merupakan kelanjutan kitab shuhau zatiyuha. Aliran ini menekankan
pada pemujaan trehadap amida atau amitaba yang mewujudkan diri dalam dewi kwan
in.
Resume topik 6 (makna puja doa)
A.
Hari suci budhis
a.
Maha
puja
Magha Puja, Hari raya Magha Puja biasanya
jatuh pada bulan purnama bulan Februari-Maret.
Pada hari ini
memperingati
-
Berkumpulnya
1250 bhiksu yang telah mencapai tingkat kesucian arahat
-
Pada
tahun terakhir dari kehidupan sang budha
b.
Hari
Suci Waisak
Jatuh pada
purnama sidhi mei-juni hari ini memperingati 3 peristiwa penting dalam masa
hidup sang budha:
- lahirnya sidarta Gautama di taman lumbini
- budha Gautama mencapai varinivana
c. Hari suci asadha, Hari raya Asadha biasanya
jatuh pada bulan purnama Sidhi bulan Juli-Agustus, dua bulan setelah Waisak.
Hari Asadha di peringati karena hari itu adalah hari ketika Sang Buddha
mengajarkan dharma yang pertama kali kepada kelima Pertapa, yang di kenal
dengan “pemutaran roda dharma”.
B. Makna Puja Do’a
Doa di bacakan pada saat kebaktian dan upacara agama. Kebaktian
adalah salah satu wujud keyakinan tuhan yang maha esa, kebaktian tersebut
dilakukan pada saat hari minggu atau hari puasa umat budha yang jatuh pada saat
bulan purnama dan bulan mati
Tempat-tempat suci dalam agama budha:
Dalam tradisi agama Buddha, tempat-tempat suci dalam Buddha adalah
sesuatu yang sangat disakralkan (keramat atau disucikan) oleh para perkumpulan,
para penganut agama Buddha dan para orang sucinya:Top of Form
Bottom of Form
1. Tempat kelahiran Sang Buddha
2. Tempat Sang Buddha mencapai penerangan
3. Tempat Sang Buddha memutar roda Kesunyataan
yang Tiada Bandingnya (Dhammacakka)
4. Tempat Sang Buddha mencapai Parinibbana
5. kuburan budha
6. gunung
7. candi Borobudur
8. kuil
Ajaran tentang sangha:
Sangha adalah pasamuan dari makhluk-makhluk
suci atau ariya-puggala. Mereka adalah makhluk-makhluk suci yang telah mencapai
pandangan yang bersih dan sila yang sempurna. Tingkatan kesucian yang telah
mereka capai terdiri dari sottapati, sakadagami, anagami dan arahat.
- Sottapati adalah
tingkat kesucian pertama, dimana mereka masih menjelma tujuh kali lagi
sebelum mencapai nirwana. Pada tingkatan ini seorang satopatti masih harus
mematahkan belenggu (Sakkayaditthi), keragu-raguan (Vicikiccha),
dan ketakhayulan (Silabataparamasa) sebelum dapat meningkat ke
sakadagami.
- Sakadagami adalah
tingkat kedua, dimana para makhluk suci ini harus menjelma sekali lagi
sebelum mencapai nirwana.
- Anagami adalah
tingkatan ketiga, dimana ia tidak harus menjelma lagi untuk mencapai
nirwana namun harus mematahkan beberapa belenggu yaitu kecintaan yang
indrawi (kamaraga), dan kemarahan atau kebencian (patigha) sebelum
mencapai tingkat terakhir, yaitu arahat.
- Nirwana adalah
tingkat terakhit dimana para makhluk ini mencapai titik kekosongan atau
kebebasan.
resume topik 5(konsepsi tentang alam dan manusia)
A.
KONSEPSI TENTANG ALAM DAN MANUSIA
a.
Konsep tentang alam
Menurut sang Buddha, bahwa sifat segala sesuatu adalah terus berubah (anicca). Begitu pula dengan sifat alam.
Alam bersifat dinamis dan kinetik, selalu berproses dengan seimbang.
Unsur-unsur alam yang tampak dalam pandangan Buddha ada empat, yakniu unsur
padat (pathavi), cair (apo), panas (tejo), gerak (vayo). Hukum
yang berlaku pada alam (alam semesta) dapat dikategorikan dalam lima aturan
yang disebut panca niyamadhamma, yaitu utuniyama
(hukum fisika), bijaniyama (hukum
biologi), cittaniyama (hukum
psikologis), kammaniyama (hukum
moral), dhammaniyama (hukum
kausalitas).
Dalam bahasa pali, alam semesta disebut Loka. Loka, yang berakar kata
“lok” berarti melihat, secara umum menunjuk kepada sesuatu yang dapat di
tanggapi oleh panca indra atau oleh perasaan dan pikiran manusia, sekalipun
masih dalam keadaan samar-samar.
Menurut ajaran budha, seluruh alam ini adalah cipataan yang timbul dari
sebab-sebab yang mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu ia disebut sankhata
dharma yang berarti ada, yang tidak mutlak dan mempunyai corak timbul,
lenyap dan berubah. Sinonim dengan kata sankhata adalah sankhara yaitu
saling bergantungan, sesuatu yang timbul dari sebab yang mendahuluinya. Alam
semesta adalah suatu proses kenyataan yang selalu dalam keadaan menjadi.
Hakikat kenyataan itu adalah harus perubahan dari suatu keadaan menjadi keadaan
lain yang berurutan. Karena itu, alam semesta adalah sankhara yang bersifat
tidak kekal (anicca atau anitya), selalu dalam perubahan (dukkha)
dan bukan jiwa (atta atau atman), tidak mengandung suatu substansi yang
tidak bersyarat.Dalam visudha Maga 2204, loka tersebut digolong-golongkan atas sankharaloka,
sattaloka, dan okasaloka.
Ø Sankaraloka adalah alam mahluk yang tidak mempunyai kehendak
seperti benda-benda mati, batu emas, logam dan semua sumber alamiah yang
diperlukan manusia. Termasuk dalam pengertian ini adalah alam hayat yang tidak
mempunyi kehendak dan ciptaan pikiran seperti ide, opini, konsepsi, peradaban,
kebudayaan dan sebagainya.
Ø Sattaloka adalah alam para mahluk hidup yang mempunyai kehendak
mulai dari mahluk hidup yang rendah hingga mahluk yang tinggi, kelihatan atau
tidak, seperti setan, manusia, dewa, dan Brahma. Mahluk-mahluk tersebut
dibesarkan bukan berdasarkan jasmaniahnya, melainkan berdasarkan sikap bathin,
atau hal yang menguasai pikiran dan suka duka sebagai akibatnya. Termasuk dalam
sattaloka adalah 31 alam kehidupan yang dapat dikelompokan menjadi kamalok,
rupaloka, arupaloka
a.
kamaloka
Kamaloka
meliputi sebelas alam, yaitu :
1. Alam para Dewata yang menikmati ciptaan-ciptaan lain
2. Alam para dewata yang menikmati ciptaannya sendiri
3. Alam para dewata yang menikmati kesenangan
4. Alam dewata Yama
5. Alam 33 dewata
6. Alam tempat maharaja
7. Jagat manusia
8. Dunia hewan
9. Dunia makhluk yang tidak bahagia
10. Dunia setan
11. Daerah neraka.
Alam ini terdiri dari bahan-bahan kasar dan unsur-unsur tanah, air, api
dan udara, dan dialami oleh makhluk-makhluk yang bebadan kasar atau jasmani. Di
bawah sekali dari alam ini terletak neraka yang dingin dan panas. Diatasnya
terletak bidang keping bumi dengan daratan dan lautan yang terkumpul di
sekeliling gunung Meru. Disini hidup binatang, manusia, hantu dan badan-badan
halus yang jahat. Disekitar meru beradalah matahari, bulan dan bintang-bintang.
Diatas meru tinggal berbagai golongan dewa. Dewa lainnya berada di alam yang
tinggi, di dalam istana yang melayang-layang. Namun mahluk ini masih tetap
berada dalam lingkungan kamma.
b. rupaloka
Rupaloka
atau alam bentuk, terdiri dari 16 alam Brahma yang bisa dicapai dengan
mengheningkan cipta dalam samadhi. Para Bhikkhu itu yang sedang besamadhi dapat
berhubungan dengan mahluk-mahluk yang terdapat dalam alam-alam ini, sebab
paradewa yang tinggal didalamnya masih mempunyai badan yang lebih halus tetapi
berada diatas hawa nafsu.
c. arupaloka
Arupaloka
adalah alam tanpa bentuk yaitu alam dewa yang tidak berbadan, yang hidup
setelah mencapai tingkatan keempat dalam samadhi. Alam ini terdiri dari,
1.
Alam bukan persepsi dan bukan
non-persepsi
2.
Alam pengetahuan kekosongan
3.
Alam kesadaran yang tidak
terhingga
4.
Alam ketidak terhinggaan ruang.
Ø Okasaloka adalah alam tempat. Disini terdapat dan hidup
mahluk-mahluk diatas, seperti bumi adalah okasaloka tempat manusia hidup dan
tempat bend-benda matiseperti besi, batu dan sebagainnya. Alam dewa adalah
okasaloka tempat para dewa hidup. Alam neraka adalah okasaloka tempat mahluk-mahluk
rendah yang menderita.
b. Konsep tentang manusia
Dalam ajaran agama Buddha, manusia menempati kedudukan yang khusus dan
tampak memberi corak yang dominan pada hampir seluruh ajarannya. Kenyataan yang
dihadapi manusia dalam hidup sehari-hari merupakan titik tolak dan dasar dari
seluruh ajaran Buddha
Manusia, menurut ajaran Buddha,
adalah kumpulan dari energi fisik dan mental yang selalu dalam keadaan
bergerak, yang disebut Pancakhanda atau lima kelompok kegemaran yaitu
rupakhanda (jasmani), vedanakhanda (pencerahan), sannakhandha (pencerapan),
shankharakhandha (bentuk-bentuk pikiran), dan vinnanakhandha (kesadaran) .
Kelima kelompok tersebut saling berkaitan dan bergantung satu sama lain dalam
proses berangkai, kesadaran ada karena adanya pikiran, pikiran timbul
disebabkan adanya penyerapan, penyerapan tercipta karena adanya perasaan, dan
perasaan timbul karena adanya wujud atau Rupa. Kelima khanda tersebut juga
sering diringkas menjadi dua yaitu: nama dan rupa. Nama adalah kumpulan dari
perasaan, pikiran, penyerapan dan perasaan yang dapat digolongkan sebagai unsur
rohaniah, sedang Rupa adalah badan jasmani yang terdiri dari empat unsur materi
yaitu unsur tanah, air, api, dan udara atau hawa.
B.
PATICCA-SAMUPPADA
Bunyi hukum
paticca-samuppada
Perkataan
paticcasamuppada terdiri atas Paticca artinya disyaratkan dan kata Samuppada
artinya muncul bersamaan. Jadi
paticca-samuppada artinya mucul bersamaan karena syarat berantai, atau
pokok permulaan sebab akibat yang saling bergantungan.
Prinsip dari
ajaran hukum paticcasamuppada diberikan dalam empat rumus pendek yang berbunyi
sebagai berikut
1.
Imasming Sati Idang Hoti
Dengan
adanya ini maka terjadilah itu.
2.
Imassupada Idang Uppajati
Dengan
timbulnya ini maka timbulah itu.
3.
Imasming Asati Idang Na Hoti
Dengan tidak
adanya ini maka tidak adalah itu.
4.
Imassa Nirodha Idang Nirujjati
Dengan
terhentinya ini maka terhentinya itu.
C. ETIKA (CATUR PARAMITA DAN
CATUR MARA)
a. catur paramita
Di dalam diri manusia terdapat
sifat-sifat Ketuhanan yang di sebut paramita yaitu dalam bathinnya merupakan
segala sumber dari perbuatan baik (kusalakamma) yang tercetus pada pikiran,
ucapan dan badan. Karena itu kita harus bias mengembangkan paramita itu. Demi
kebahagiaan, ketenangan dan kegembiraan hidup kita. Sifat ketuhanan itu terdiri
dari :
1. Metta : ialah
cinta-kasih universal yang menjadi akar dari perbuatan baik (kusala-kamma).
Bila ini dikembangkan dosa akan tertekan.
2. Karuna :
ialah kasih-sayang universal karena melihat suatu kesengsaraan, yang menjadi
akar perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini berkembang lobha akan tertekan.
3. Mudhita :
ialah perasaan bahagia (simpati) universal karena melihat makhluk lain
bergembira, yang menjadi akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bial ini
berkembang issa akan tertekan.
4. Upekkha :
ialah keseimbangan bathin universal sebagai hasil dari melaksanakan metta.
Karuna. Mudhita dan upekkha, juga merupakan akar dari perbuatan baik
(kusala-kamma). Bila ini telah berkembang moha akan tertekan, bahkan akan
lenyap.
b. Catur mara
Disamping adanya sifat-sifat ketuhanan,
terdapat pula sifat-sifat setan/ jahat (marra) dalam bathin manusia dan ini
merupakan sumber dari perbuatan buruk (akusalakamma) yang tercetus pada
pikiran, ucapan dan badan. Karena itu kita harus dapat melenyapkannya agar
hidup kita tidak terus-menerus di dalam kesengsaraan dan penderitaan yang tiada
henti-hentinya. Sifat setan/jahat itu terdiri dari :
1. Dosa : ialah
kebencian yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap
bila di kembangkan metta.
Dosa ini secara ethica
(ajaran tentang keluhuran buda dan kesopanan) berarti kebencian. Tetapi secara
psychilogis (kejiwaan) berarti pukulan yang berat dari pikiran terhadap objek
bertentangan.
2. Lobha :
ialah serakah yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan
lenyap bila di kembangkan karuna.
Lobha ini secara ethica
berarti keserakahan/ketamakan. Tetapi secara psychilogi (kejiwaan) berarti
terikat pikiran pada objek-objek. Inilah
yang kadang-kadang disebut Tanha yaitu keinginan yang tiada henti-hentinya.
3. Issa :
ialah irihati yaitu perasaan tidak senang melihat makhluk lain berbahagia, yang
menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila
dikembangkan mudhita.
4. Moha : ialah
kegelisahan bathin sebagai akibat dari perbuatan dosa, lobha, dan issa. Akan
lenyap bila dikembangkan upekkha. Moha berarti kebodohan dan kurangnya
pengertian. Selain itu moha juga disebut Avijja yaitu ketidaktahuan, atau
Annana yaitu tidak berpengetahuan, atau Adassana yaitu tidak melihat.
Langganan:
Postingan (Atom)