A.
KONSEPSI TENTANG ALAM DAN MANUSIA
a.
Konsep tentang alam
Menurut sang Buddha, bahwa sifat segala sesuatu adalah terus berubah (anicca). Begitu pula dengan sifat alam.
Alam bersifat dinamis dan kinetik, selalu berproses dengan seimbang.
Unsur-unsur alam yang tampak dalam pandangan Buddha ada empat, yakniu unsur
padat (pathavi), cair (apo), panas (tejo), gerak (vayo). Hukum
yang berlaku pada alam (alam semesta) dapat dikategorikan dalam lima aturan
yang disebut panca niyamadhamma, yaitu utuniyama
(hukum fisika), bijaniyama (hukum
biologi), cittaniyama (hukum
psikologis), kammaniyama (hukum
moral), dhammaniyama (hukum
kausalitas).
Dalam bahasa pali, alam semesta disebut Loka. Loka, yang berakar kata
“lok” berarti melihat, secara umum menunjuk kepada sesuatu yang dapat di
tanggapi oleh panca indra atau oleh perasaan dan pikiran manusia, sekalipun
masih dalam keadaan samar-samar.
Menurut ajaran budha, seluruh alam ini adalah cipataan yang timbul dari
sebab-sebab yang mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu ia disebut sankhata
dharma yang berarti ada, yang tidak mutlak dan mempunyai corak timbul,
lenyap dan berubah. Sinonim dengan kata sankhata adalah sankhara yaitu
saling bergantungan, sesuatu yang timbul dari sebab yang mendahuluinya. Alam
semesta adalah suatu proses kenyataan yang selalu dalam keadaan menjadi.
Hakikat kenyataan itu adalah harus perubahan dari suatu keadaan menjadi keadaan
lain yang berurutan. Karena itu, alam semesta adalah sankhara yang bersifat
tidak kekal (anicca atau anitya), selalu dalam perubahan (dukkha)
dan bukan jiwa (atta atau atman), tidak mengandung suatu substansi yang
tidak bersyarat.Dalam visudha Maga 2204, loka tersebut digolong-golongkan atas sankharaloka,
sattaloka, dan okasaloka.
Ø Sankaraloka adalah alam mahluk yang tidak mempunyai kehendak
seperti benda-benda mati, batu emas, logam dan semua sumber alamiah yang
diperlukan manusia. Termasuk dalam pengertian ini adalah alam hayat yang tidak
mempunyi kehendak dan ciptaan pikiran seperti ide, opini, konsepsi, peradaban,
kebudayaan dan sebagainya.
Ø Sattaloka adalah alam para mahluk hidup yang mempunyai kehendak
mulai dari mahluk hidup yang rendah hingga mahluk yang tinggi, kelihatan atau
tidak, seperti setan, manusia, dewa, dan Brahma. Mahluk-mahluk tersebut
dibesarkan bukan berdasarkan jasmaniahnya, melainkan berdasarkan sikap bathin,
atau hal yang menguasai pikiran dan suka duka sebagai akibatnya. Termasuk dalam
sattaloka adalah 31 alam kehidupan yang dapat dikelompokan menjadi kamalok,
rupaloka, arupaloka
a.
kamaloka
Kamaloka
meliputi sebelas alam, yaitu :
1. Alam para Dewata yang menikmati ciptaan-ciptaan lain
2. Alam para dewata yang menikmati ciptaannya sendiri
3. Alam para dewata yang menikmati kesenangan
4. Alam dewata Yama
5. Alam 33 dewata
6. Alam tempat maharaja
7. Jagat manusia
8. Dunia hewan
9. Dunia makhluk yang tidak bahagia
10. Dunia setan
11. Daerah neraka.
Alam ini terdiri dari bahan-bahan kasar dan unsur-unsur tanah, air, api
dan udara, dan dialami oleh makhluk-makhluk yang bebadan kasar atau jasmani. Di
bawah sekali dari alam ini terletak neraka yang dingin dan panas. Diatasnya
terletak bidang keping bumi dengan daratan dan lautan yang terkumpul di
sekeliling gunung Meru. Disini hidup binatang, manusia, hantu dan badan-badan
halus yang jahat. Disekitar meru beradalah matahari, bulan dan bintang-bintang.
Diatas meru tinggal berbagai golongan dewa. Dewa lainnya berada di alam yang
tinggi, di dalam istana yang melayang-layang. Namun mahluk ini masih tetap
berada dalam lingkungan kamma.
b. rupaloka
Rupaloka
atau alam bentuk, terdiri dari 16 alam Brahma yang bisa dicapai dengan
mengheningkan cipta dalam samadhi. Para Bhikkhu itu yang sedang besamadhi dapat
berhubungan dengan mahluk-mahluk yang terdapat dalam alam-alam ini, sebab
paradewa yang tinggal didalamnya masih mempunyai badan yang lebih halus tetapi
berada diatas hawa nafsu.
c. arupaloka
Arupaloka
adalah alam tanpa bentuk yaitu alam dewa yang tidak berbadan, yang hidup
setelah mencapai tingkatan keempat dalam samadhi. Alam ini terdiri dari,
1.
Alam bukan persepsi dan bukan
non-persepsi
2.
Alam pengetahuan kekosongan
3.
Alam kesadaran yang tidak
terhingga
4.
Alam ketidak terhinggaan ruang.
Ø Okasaloka adalah alam tempat. Disini terdapat dan hidup
mahluk-mahluk diatas, seperti bumi adalah okasaloka tempat manusia hidup dan
tempat bend-benda matiseperti besi, batu dan sebagainnya. Alam dewa adalah
okasaloka tempat para dewa hidup. Alam neraka adalah okasaloka tempat mahluk-mahluk
rendah yang menderita.
b. Konsep tentang manusia
Dalam ajaran agama Buddha, manusia menempati kedudukan yang khusus dan
tampak memberi corak yang dominan pada hampir seluruh ajarannya. Kenyataan yang
dihadapi manusia dalam hidup sehari-hari merupakan titik tolak dan dasar dari
seluruh ajaran Buddha
Manusia, menurut ajaran Buddha,
adalah kumpulan dari energi fisik dan mental yang selalu dalam keadaan
bergerak, yang disebut Pancakhanda atau lima kelompok kegemaran yaitu
rupakhanda (jasmani), vedanakhanda (pencerahan), sannakhandha (pencerapan),
shankharakhandha (bentuk-bentuk pikiran), dan vinnanakhandha (kesadaran) .
Kelima kelompok tersebut saling berkaitan dan bergantung satu sama lain dalam
proses berangkai, kesadaran ada karena adanya pikiran, pikiran timbul
disebabkan adanya penyerapan, penyerapan tercipta karena adanya perasaan, dan
perasaan timbul karena adanya wujud atau Rupa. Kelima khanda tersebut juga
sering diringkas menjadi dua yaitu: nama dan rupa. Nama adalah kumpulan dari
perasaan, pikiran, penyerapan dan perasaan yang dapat digolongkan sebagai unsur
rohaniah, sedang Rupa adalah badan jasmani yang terdiri dari empat unsur materi
yaitu unsur tanah, air, api, dan udara atau hawa.
B.
PATICCA-SAMUPPADA
Bunyi hukum
paticca-samuppada
Perkataan
paticcasamuppada terdiri atas Paticca artinya disyaratkan dan kata Samuppada
artinya muncul bersamaan. Jadi
paticca-samuppada artinya mucul bersamaan karena syarat berantai, atau
pokok permulaan sebab akibat yang saling bergantungan.
Prinsip dari
ajaran hukum paticcasamuppada diberikan dalam empat rumus pendek yang berbunyi
sebagai berikut
1.
Imasming Sati Idang Hoti
Dengan
adanya ini maka terjadilah itu.
2.
Imassupada Idang Uppajati
Dengan
timbulnya ini maka timbulah itu.
3.
Imasming Asati Idang Na Hoti
Dengan tidak
adanya ini maka tidak adalah itu.
4.
Imassa Nirodha Idang Nirujjati
Dengan
terhentinya ini maka terhentinya itu.
C. ETIKA (CATUR PARAMITA DAN
CATUR MARA)
a. catur paramita
Di dalam diri manusia terdapat
sifat-sifat Ketuhanan yang di sebut paramita yaitu dalam bathinnya merupakan
segala sumber dari perbuatan baik (kusalakamma) yang tercetus pada pikiran,
ucapan dan badan. Karena itu kita harus bias mengembangkan paramita itu. Demi
kebahagiaan, ketenangan dan kegembiraan hidup kita. Sifat ketuhanan itu terdiri
dari :
1. Metta : ialah
cinta-kasih universal yang menjadi akar dari perbuatan baik (kusala-kamma).
Bila ini dikembangkan dosa akan tertekan.
2. Karuna :
ialah kasih-sayang universal karena melihat suatu kesengsaraan, yang menjadi
akar perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini berkembang lobha akan tertekan.
3. Mudhita :
ialah perasaan bahagia (simpati) universal karena melihat makhluk lain
bergembira, yang menjadi akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bial ini
berkembang issa akan tertekan.
4. Upekkha :
ialah keseimbangan bathin universal sebagai hasil dari melaksanakan metta.
Karuna. Mudhita dan upekkha, juga merupakan akar dari perbuatan baik
(kusala-kamma). Bila ini telah berkembang moha akan tertekan, bahkan akan
lenyap.
b. Catur mara
Disamping adanya sifat-sifat ketuhanan,
terdapat pula sifat-sifat setan/ jahat (marra) dalam bathin manusia dan ini
merupakan sumber dari perbuatan buruk (akusalakamma) yang tercetus pada
pikiran, ucapan dan badan. Karena itu kita harus dapat melenyapkannya agar
hidup kita tidak terus-menerus di dalam kesengsaraan dan penderitaan yang tiada
henti-hentinya. Sifat setan/jahat itu terdiri dari :
1. Dosa : ialah
kebencian yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap
bila di kembangkan metta.
Dosa ini secara ethica
(ajaran tentang keluhuran buda dan kesopanan) berarti kebencian. Tetapi secara
psychilogis (kejiwaan) berarti pukulan yang berat dari pikiran terhadap objek
bertentangan.
2. Lobha :
ialah serakah yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan
lenyap bila di kembangkan karuna.
Lobha ini secara ethica
berarti keserakahan/ketamakan. Tetapi secara psychilogi (kejiwaan) berarti
terikat pikiran pada objek-objek. Inilah
yang kadang-kadang disebut Tanha yaitu keinginan yang tiada henti-hentinya.
3. Issa :
ialah irihati yaitu perasaan tidak senang melihat makhluk lain berbahagia, yang
menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila
dikembangkan mudhita.
4. Moha : ialah
kegelisahan bathin sebagai akibat dari perbuatan dosa, lobha, dan issa. Akan
lenyap bila dikembangkan upekkha. Moha berarti kebodohan dan kurangnya
pengertian. Selain itu moha juga disebut Avijja yaitu ketidaktahuan, atau
Annana yaitu tidak berpengetahuan, atau Adassana yaitu tidak melihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar