Rabu, 23 Mei 2012

Dewi-Dewi dalam agama Budha


(Dewi kwan im seribu tangan)





(dewi kwan im) orang tiongkok memujanya sebagai dewi pelindung laut

Resume topik 7(agama budha di india dan di tiongkok)


a.       Agama budha di india
Sejarah perkembangan budha di india terbagi menjadi 3 periode
1.      Masa perkembangan awal
Masa perkembangan wawl ini terdapat konsili-konsili:
Konsili ke 2: di vesali, bahwa kelompok yang ingin tetap mempertahankan kemurnian vinaya berjumlah lebih kecil ari pada kelompok yang menginginkan perubahan-perubahan . Kelompok pertama kemudian menamakan diri stavirda yang kelak disebut teravada, sedangkan kelompok bhiku yang menginginkan perubahan menamakan diri mahasanghika.
Pada konsili ke 2 sebagai awal adanya 2 kelompok yakni mahasanghika vajian yang kemudian dikenal dengan aliran sselatan hinayana.
Pada konsili ke 3 diadakan sebagai akibat dari sebagian bhiku yang menganut pandangan saravas tivadin, sebagai melawan pandangan tradisional dari yang lebih tua.
Dari konsili 1 sampai 4 secara garis besar terpecahlah aliran budha menjadi empat aliran besar yaitu:
·         Sthavirada menjadi aliran yang sekarang bernama teravada budhis, sedangkan mahasangika dan sarvastivada kelak menjadi aliran mahayan budhis.
·         Teravada budhis berkembang di india semasa raja asoka dan di bawa oleh putra raja asoka yang bernama mahinda ke srilanka dan kelak dari srilanka menyebarlah budha teravada ke asia tenggara pada abad ke 11
·         Mahyana budhis berkembang di india sebagai bukti adanya perguruan budhis nalanda sampai seribu tahun, sampai di hancurkannya oleh pendatang dari Persia.
2.      Masa kekuasan raja asoka
Sebelum raja asoka naik tahta, beliau memegang kuasa sabagai raja muda di india barat, di tahun 249 SM raja asoka mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan kelahiran sidharta Gautama .
Pada tahun ke sepuluh masa pemerintahan raja asoka di selenggarakan sangayana yang ke tiga di ibukota maghada, pataliputta. Diberitahukan bahwa pada saat itu terdapat delapan belas aliran dalam ajaran budha .
      Yang penting dalam sejarah pemerintahan raja asoka yan membuat namanya terkenal adalah tulisa-tulisan yang dipahat pada dinding2 dan tiang-tiang batu kebanyakan diantara prasati 2 masih terpelihara serta dapat diselidiki dan ditapsirkan isinya oleh ahli-ahli kesussastraan india.
3.      Kemunduran agama budha di india
Kemunduran budha disebabkan oleh serangan bangsa hun putih dari utara yang banyak menghancurkan pusat-pusat peribadatan agama budha . jumlah wihara yang semakin berkurang sehingga penyebaran agama budha semakin melemah, kemunduran sangha di sebabkan banyaknya unsure non budhis yang masuk ke dalam budha.
a.       Agama budha di tiongkok
Agama budah muncul di tiongkok pada abad sekitar abad pertama . agama budha tumbuh dengan suvur selama awal dinasti tang. Dinasti ini memiliki cirri keterbukaan kuat terhadap pengaruh asing, dan pertukaran unsure kebudayaan dengan india karena banyaknya perjalanan bhiksu budha ke india dari abad ke 4 sampai abad ke 11.
Agama budha di  cina juga melahirkan beberapa aliran besar dalam golongan budha Mahayana:
·         Aliran chan atau dhyana yang didirikan oleh boddhidarma,  aliran ini di kenal sangat radikal terhadap kitab suci yang menjadi sumber ajaran agama budha dan bermaksud untuk kembali pada semangat ajaran budha yang asli sehingga aliran yang didirikannya sangat member tekanan pada teks-teks suci.
·         Aliran vinaya, ajaran ini menekankan pada pelaksanaan vinaya secara ketat. Menurut aliran ini, pengingkaran terhadap dunia dan kesusilaan merupakan kondisi kehidupan sang budha . oleh karena itu aliran ini menekankan pada kehidupan misyik dan membiara.
·         Aliran ching tu atau tanah putih. Ajarannya didirikan pada kitab amithayadana, sebuah kitab yang merupakan kelanjutan kitab shuhau zatiyuha. Aliran ini menekankan pada pemujaan trehadap amida atau amitaba yang mewujudkan diri dalam dewi kwan in.



Resume topik 6 (makna puja doa)


A.    Hari suci budhis
a.       Maha puja
 Magha Puja, Hari raya Magha Puja biasanya jatuh pada bulan purnama bulan Februari-Maret.
Pada hari ini memperingati
-          Berkumpulnya 1250 bhiksu yang telah mencapai tingkat kesucian arahat
-          Pada tahun terakhir dari kehidupan sang budha
b.      Hari Suci Waisak
Jatuh pada purnama sidhi mei-juni hari ini memperingati 3 peristiwa penting dalam masa hidup sang budha:
-      lahirnya sidarta Gautama di taman lumbini
-      budha Gautama mencapai varinivana
c.    Hari suci asadha, Hari raya Asadha biasanya jatuh pada bulan purnama Sidhi bulan Juli-Agustus, dua bulan setelah Waisak. Hari Asadha di peringati karena hari itu adalah hari ketika Sang Buddha mengajarkan dharma yang pertama kali kepada kelima Pertapa, yang di kenal dengan “pemutaran roda dharma”.
B. Makna Puja Do’a
            Doa di bacakan pada saat kebaktian dan upacara agama. Kebaktian adalah salah satu wujud keyakinan tuhan yang maha esa, kebaktian tersebut dilakukan pada saat hari minggu atau hari puasa umat budha yang jatuh pada saat bulan purnama dan bulan mati
Tempat-tempat suci dalam agama budha:
Dalam tradisi agama Buddha, tempat-tempat suci dalam Buddha adalah sesuatu yang sangat disakralkan (keramat atau disucikan) oleh para perkumpulan, para penganut agama Buddha dan para orang sucinya:Top of Form
Bottom of Form
1. Tempat kelahiran Sang Buddha
2. Tempat Sang Buddha mencapai penerangan
3. Tempat Sang Buddha memutar roda Kesunyataan yang Tiada Bandingnya (Dhammacakka)
4. Tempat Sang Buddha mencapai Parinibbana
5. kuburan budha
6. gunung
7. candi Borobudur
8. kuil
Ajaran tentang sangha:
Sangha adalah pasamuan dari makhluk-makhluk suci atau ariya-puggala. Mereka adalah makhluk-makhluk suci yang telah mencapai pandangan yang bersih dan sila yang sempurna. Tingkatan kesucian yang telah mereka capai terdiri dari sottapati, sakadagami, anagami dan arahat. 
  1. Sottapati adalah tingkat kesucian pertama, dimana mereka masih menjelma tujuh kali lagi sebelum mencapai nirwana. Pada tingkatan ini seorang satopatti masih harus mematahkan belenggu (Sakkayaditthi), keragu-raguan (Vicikiccha), dan ketakhayulan (Silabataparamasa) sebelum dapat meningkat ke sakadagami.
  2. Sakadagami adalah tingkat kedua, dimana para makhluk suci ini harus menjelma sekali lagi sebelum mencapai nirwana.
  3. Anagami adalah tingkatan ketiga, dimana ia tidak harus menjelma lagi untuk mencapai nirwana namun harus mematahkan beberapa belenggu yaitu kecintaan yang indrawi (kamaraga), dan kemarahan atau kebencian (patigha) sebelum mencapai tingkat terakhir, yaitu arahat.  
  4. Nirwana adalah tingkat terakhit dimana para makhluk ini mencapai titik kekosongan atau kebebasan.

resume topik 5(konsepsi tentang alam dan manusia)


A.    KONSEPSI TENTANG ALAM DAN MANUSIA
a.      Konsep tentang alam
Menurut sang Buddha, bahwa sifat segala sesuatu adalah terus berubah (anicca). Begitu pula dengan sifat alam. Alam bersifat dinamis dan kinetik, selalu berproses dengan seimbang. Unsur-unsur alam yang tampak dalam pandangan Buddha ada empat, yakniu unsur padat (pathavi), cair (apo), panas (tejo), gerak (vayo). Hukum yang berlaku pada alam (alam semesta) dapat dikategorikan dalam lima aturan yang disebut panca niyamadhamma,  yaitu utuniyama (hukum fisika), bijaniyama (hukum biologi), cittaniyama (hukum psikologis), kammaniyama (hukum moral), dhammaniyama (hukum kausalitas).
Dalam bahasa pali, alam semesta disebut Loka. Loka, yang berakar kata “lok” berarti melihat, secara umum menunjuk kepada sesuatu yang dapat di tanggapi oleh panca indra atau oleh perasaan dan pikiran manusia, sekalipun masih dalam keadaan samar-samar.
Menurut ajaran budha, seluruh alam ini adalah cipataan yang timbul dari sebab-sebab yang mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu ia disebut sankhata dharma yang berarti ada, yang tidak mutlak dan mempunyai corak timbul, lenyap dan berubah. Sinonim dengan kata sankhata adalah sankhara yaitu saling bergantungan, sesuatu yang timbul dari sebab yang mendahuluinya. Alam semesta adalah suatu proses kenyataan yang selalu dalam keadaan menjadi. Hakikat kenyataan itu adalah harus perubahan dari suatu keadaan menjadi keadaan lain yang berurutan. Karena itu, alam semesta adalah sankhara yang bersifat tidak kekal (anicca atau anitya), selalu dalam perubahan (dukkha) dan bukan jiwa (atta atau atman), tidak mengandung suatu substansi yang tidak bersyarat.Dalam visudha Maga 2204, loka tersebut digolong-golongkan atas sankharaloka, sattaloka, dan okasaloka.
Ø  Sankaraloka adalah alam mahluk yang tidak mempunyai kehendak seperti benda-benda mati, batu emas, logam dan semua sumber alamiah yang diperlukan manusia. Termasuk dalam pengertian ini adalah alam hayat yang tidak mempunyi kehendak dan ciptaan pikiran seperti ide, opini, konsepsi, peradaban, kebudayaan dan sebagainya.
Ø  Sattaloka adalah alam para mahluk hidup yang mempunyai kehendak mulai dari mahluk hidup yang rendah hingga mahluk yang tinggi, kelihatan atau tidak, seperti setan, manusia, dewa, dan Brahma. Mahluk-mahluk tersebut dibesarkan bukan berdasarkan jasmaniahnya, melainkan berdasarkan sikap bathin, atau hal yang menguasai pikiran dan suka duka sebagai akibatnya. Termasuk dalam sattaloka adalah 31 alam kehidupan yang dapat dikelompokan menjadi kamalok, rupaloka, arupaloka
a.       kamaloka
Kamaloka meliputi sebelas alam, yaitu :
1.      Alam para Dewata yang menikmati ciptaan-ciptaan lain
2.      Alam para dewata yang menikmati ciptaannya sendiri
3.      Alam para dewata yang menikmati kesenangan
4.      Alam dewata Yama
5.      Alam 33 dewata
6.      Alam tempat maharaja
7.      Jagat manusia
8.      Dunia hewan
9.      Dunia makhluk yang tidak bahagia
10.  Dunia setan
11.  Daerah neraka.
Alam ini terdiri dari bahan-bahan kasar dan unsur-unsur tanah, air, api dan udara, dan dialami oleh makhluk-makhluk yang bebadan kasar atau jasmani. Di bawah sekali dari alam ini terletak neraka yang dingin dan panas. Diatasnya terletak bidang keping bumi dengan daratan dan lautan yang terkumpul di sekeliling gunung Meru. Disini hidup binatang, manusia, hantu dan badan-badan halus yang jahat. Disekitar meru beradalah matahari, bulan dan bintang-bintang. Diatas meru tinggal berbagai golongan dewa. Dewa lainnya berada di alam yang tinggi, di dalam istana yang melayang-layang. Namun mahluk ini masih tetap berada dalam lingkungan kamma.
b.      rupaloka
Rupaloka atau alam bentuk, terdiri dari 16 alam Brahma yang bisa dicapai dengan mengheningkan cipta dalam samadhi. Para Bhikkhu itu yang sedang besamadhi dapat berhubungan dengan mahluk-mahluk yang terdapat dalam alam-alam ini, sebab paradewa yang tinggal didalamnya masih mempunyai badan yang lebih halus tetapi berada diatas hawa nafsu.
c.       arupaloka
Arupaloka adalah alam tanpa bentuk yaitu alam dewa yang tidak berbadan, yang hidup setelah mencapai tingkatan keempat dalam samadhi. Alam ini terdiri dari,
1.      Alam bukan persepsi dan bukan non-persepsi
2.      Alam pengetahuan kekosongan
3.      Alam kesadaran yang tidak terhingga
4.      Alam ketidak terhinggaan ruang.
Ø Okasaloka adalah alam tempat. Disini terdapat dan hidup mahluk-mahluk diatas, seperti bumi adalah okasaloka tempat manusia hidup dan tempat bend-benda matiseperti besi, batu dan sebagainnya. Alam dewa adalah okasaloka tempat para dewa hidup. Alam neraka adalah okasaloka tempat mahluk-mahluk rendah yang menderita.
b.      Konsep tentang manusia
Dalam ajaran agama Buddha, manusia menempati kedudukan yang khusus dan tampak memberi corak yang dominan pada hampir seluruh ajarannya. Kenyataan yang dihadapi manusia dalam hidup sehari-hari merupakan titik tolak dan dasar dari seluruh ajaran Buddha
Manusia, menurut ajaran Buddha, adalah kumpulan dari energi fisik dan mental yang selalu dalam keadaan bergerak, yang disebut Pancakhanda atau lima kelompok kegemaran yaitu rupakhanda (jasmani), vedanakhanda (pencerahan), sannakhandha (pencerapan), shankharakhandha (bentuk-bentuk pikiran), dan vinnanakhandha (kesadaran) . Kelima kelompok tersebut saling berkaitan dan bergantung satu sama lain dalam proses berangkai, kesadaran ada karena adanya pikiran, pikiran timbul disebabkan adanya penyerapan, penyerapan tercipta karena adanya perasaan, dan perasaan timbul karena adanya wujud atau Rupa. Kelima khanda tersebut juga sering diringkas menjadi dua yaitu: nama dan rupa. Nama adalah kumpulan dari perasaan, pikiran, penyerapan dan perasaan yang dapat digolongkan sebagai unsur rohaniah, sedang Rupa adalah badan jasmani yang terdiri dari empat unsur materi yaitu unsur tanah, air, api, dan udara atau hawa.
B.     PATICCA-SAMUPPADA
Bunyi hukum paticca-samuppada
Perkataan paticcasamuppada terdiri atas Paticca artinya disyaratkan dan kata Samuppada artinya muncul bersamaan. Jadi  paticca-samuppada artinya mucul bersamaan karena syarat berantai, atau pokok permulaan sebab akibat yang saling bergantungan.
Prinsip dari ajaran hukum paticcasamuppada diberikan dalam empat rumus pendek yang berbunyi sebagai berikut
1.      Imasming Sati Idang Hoti
Dengan adanya ini maka terjadilah itu.
2.      Imassupada Idang Uppajati
Dengan timbulnya ini maka timbulah itu.
3.      Imasming Asati Idang Na Hoti
Dengan tidak adanya ini maka tidak adalah itu.
4.      Imassa Nirodha Idang Nirujjati
Dengan terhentinya ini maka terhentinya itu.
C.      ETIKA (CATUR PARAMITA DAN CATUR MARA)
a.      catur paramita
Di dalam diri manusia terdapat sifat-sifat Ketuhanan yang di sebut paramita yaitu dalam bathinnya merupakan segala sumber dari perbuatan baik (kusalakamma) yang tercetus pada pikiran, ucapan dan badan. Karena itu kita harus bias mengembangkan paramita itu. Demi kebahagiaan, ketenangan dan kegembiraan hidup kita. Sifat ketuhanan itu terdiri dari :
1.      Metta         : ialah cinta-kasih universal yang menjadi akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini dikembangkan dosa akan tertekan.
2.      Karuna      : ialah kasih-sayang universal karena melihat suatu kesengsaraan, yang menjadi akar perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini berkembang lobha akan tertekan.
3.      Mudhita    : ialah perasaan bahagia (simpati) universal karena melihat makhluk lain bergembira, yang menjadi akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bial ini berkembang issa akan tertekan.
4.      Upekkha    : ialah keseimbangan bathin universal sebagai hasil dari melaksanakan metta. Karuna. Mudhita dan upekkha, juga merupakan akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini telah berkembang moha akan tertekan, bahkan akan lenyap.
b.      Catur mara
Disamping adanya sifat-sifat ketuhanan, terdapat pula sifat-sifat setan/ jahat (marra) dalam bathin manusia dan ini merupakan sumber dari perbuatan buruk (akusalakamma) yang tercetus pada pikiran, ucapan dan badan. Karena itu kita harus dapat melenyapkannya agar hidup kita tidak terus-menerus di dalam kesengsaraan dan penderitaan yang tiada henti-hentinya. Sifat setan/jahat itu terdiri dari :
1.      Dosa          : ialah kebencian yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila di kembangkan metta.
Dosa ini secara ethica (ajaran tentang keluhuran buda dan kesopanan) berarti kebencian. Tetapi secara psychilogis (kejiwaan) berarti pukulan yang berat dari pikiran terhadap objek bertentangan.
2.      Lobha        : ialah serakah yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila di kembangkan karuna.
Lobha ini secara ethica berarti keserakahan/ketamakan. Tetapi secara psychilogi (kejiwaan) berarti terikat  pikiran pada objek-objek. Inilah yang kadang-kadang disebut Tanha yaitu keinginan yang tiada henti-hentinya.
3.       Issa           : ialah irihati yaitu perasaan tidak senang melihat makhluk lain berbahagia, yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila dikembangkan mudhita.
4.      Moha         : ialah kegelisahan bathin sebagai akibat dari perbuatan dosa, lobha, dan issa. Akan lenyap bila dikembangkan upekkha. Moha berarti kebodohan dan kurangnya pengertian. Selain itu moha juga disebut Avijja yaitu ketidaktahuan, atau Annana yaitu tidak berpengetahuan, atau Adassana yaitu tidak melihat.

Resume topik 4(Meditasi)


A. Meditasi
Meditasi adalah membiasakan diri kita agar senantiasa mempunyai sikap yang positif, realistis dan konstruktif. Dengan bermeditasi kita akan dapat membangun kebiasaan baik dari pikiran kita. Meditasi dilakukan dengan pikiran, artinya meskipun kita duduk dengan sikap sempurna, melaksanakan meditasi dalam waktu yang cukup lama, namun pikiran kita berlali kesana kemari dengan liar, dan memikirkan objek-objek kemelekatan, itu bukanlah meditasi.
            Istilah meditasi sebenarnya dapat disamakan dengan istilah bhavana yang arti harfiahnya 'pengembangan batin' yakni usaha untuk  menumbuhkan batin terpusat,tenang,mampu dengan jelas melihat sifat batin sesungguhnya gejala apapun yang dapat merealisir Nibbana,suatu keadaan bathin ideal dari bathin yang sehat.
 Sejarah Meditasi
            Dua ribu lima ratus tahun yang lalu,seorang putra mahkota pada usia 29 tahun saat seseorang berada dalam kegemilangan hidup,telah meninggalkan tahta yang penuh kemegahandan kekuasaan dan pergi ke hutan menjauhi keduniaanmencari obat untuk mengatasi penyakit kehidupan,mencari jalan keluar dari belenggu  ketidak pastian untuk mencapai nibbana.
            Dibawah bimbingan para ahli meditasi pada zaman itu,beliau mencari dengan Harapan bahwa mereka dapat menunjukan jalan kearah pembebasan dan kebijaksanaan.beliau melatih konsentrasi ,pemusataan perhatian(Samatha atau samadhi) dan telah mencapai tingkat-tingkat tertinggi dari latihan-latihan tersebut.namun beliau merasa tidak puas karena tidak menghasilkan penerangan agung.pengetahuan dan kemampuan guru beliau cenderung pada mistikdan karenanya tidak memuaskan lagi untuk mencari apa yang masih belum diketahuinya.
            Menjadi kepercayaan di india pada zaman itu terutama dikalangan para ahli kebatinan(ascetik) bahwa penyucian batin dan kebebasan akhir batin dapat diperoleh  dengan melatih diri secara keras,kalau perlu dengan menyiksa diri.beliau memutuskan untuk membuktikan kebenaranya,beliau mulai berjuang untuk melatih jasmaninya dengan harapan agar batinya dapat mengatasi jasmaninya dan mampu membebaskan dirinya.dengan amat tekun dan rajin ia berlatih,beliau hanya hidup dengan makan dedaunan,akar-akar pohon sehingga mengurangi jumlah makanan hinggaminim,pakaianya sangat bersahaja yang dihimpunya dari sampah buangan dan tidur diantara bangkai dan hidup diatas duri.kekurangan makanan dan minuman membuat jasmani beliau lemah.
    Selama enam tahun lamanya beliau berjuang sedemikian kerasnya hingga hampir mendekati pintu ajal,namun tujuan tetap tidak tercapai.cara menyiksa diri jelas baginya tidak berarti melalui pengalamanya sendiri.dengan kemauan dan semangat yang membara beliau mencari jalan lain untuk mencapai tujuan.beliau kini menyadari bahwa keberhasilaan yang diidamkanya terletak pada penyelidikan kedalam yaitu bathin sendiri.dengan mantap dan keyakinan akan kemurnian bathin sendiri,tanpa bantuan guru beliau memutuskan untuk bertapa menyendiri untuk  mencapai tujuan akhir. Meditasi  buddhis ada dua macam yakni meditasi yang disebut samatha-bhavana yakni meditasi untuk mencapai  ketenangan hidup. Meditasi yang kedua adalah meditasi vipassana-Bhavana, meditasi yang dapat membersihkan kekotoran batin dan pikiran secara total, sehingga kita dapat mencapai pandangan tenang.
Bavana artinya “pengembangan”, yaitu pengembangan batin dalam melaksanakan meditasi.

1.      Samatha- Bhavana
Samatha- Bhavana berarti pengembangan ketenangan batin.
Perkembangan dari ketenangan adalah menuju pada pemusatan pikiran yang penuh, untuk mencapai penembusan didalam meditasi (Jhana).
Samatha terbagi dua
a)      Paritta – Samatha : bagi mereka yang melaksanakan samatha- bavana tetapi belum mencapai Appana-Bhavana, di sebut paritta-Samatha.
Sebab pada saat itu yang ada hanya mahakusala atau mahakriya- JAPANA  yang timbul, dan jana yang ada pada saat itu mempunyai kekuatan yang lemah.
b)      Mahaggata- Samata : bagi mereka yang  melaksanakan Samatha- Bhavana dan telah mencapai Appana-Bhavana yaitu mahaggata  jhana, disebut Mahaggata- Samatha. Sebab pada saat itu yang ada hanya Mahaggatakusala atau mahaggratakriya-JAVANA yang timbul, dan jhana yang ada pada saat itu mempunyai kekuatan yang besar dan mampu konsentrasi pada obyek dengan kuat.

Jhana :
Jhana berarti tingkat kekuatan samadhi, atau tingkat kekuatan kemenunggalan pikiran terhadap obyek atau ada kalanya disebut tingkat ketenangan batin.
Terdapat 8 tingkatan jhana yaiitu:
·         Rupa-Jhana 4 atau Jhana Bermateri
1)      Phatama- jhana
Di dalam jhana pertama, Nivarana atau Rintangan Batin telah dapat di atasi dengan seksama. Rintangan Batin atau Nivarana itu adalah :
a)      Kamachanda atau Nafsu Kerinduan akan obyek-obyek indra yang menyenangkan.
b)      Byapada atau keinginan untuk menyakiti orang lain atau kemauan jahat.
c)      Thina-middha atau kemalasan atau kegeisahan atau kekhawatiran.
d)     Vicikiccha atau keraguan.
Kemudian timbul faktor-faktor Jhana pertama sebagai berikut:
VITTAKA(penopang pikiran), VICARA (gema pikiran), PITI (kegiuran), SUKHA (kebahagiaan) dan EKAGGATA (pemusatan pikiran).
2)      Dutiya- jana/ Jhana kedua
Faktor VITTAKA (penopang pikiran), dan VICARA (gema pikiran) mulai enyap, karnna kedua faktor ini bersifat kasar untuk Jhana kedua.
3)      Tatiya- Jhana
Faktor PITI (kegiuran) mulai lenyap,.
4)      Catutta- Jhana
Faktor SUKHA (kebahagiaan) mulai lenyap, karena sukha msh terasa kasar untuk jhana ke emmpat. Dalam Jhana ke empat ini hanya terdapat faktor EKAGGATA (pemusatan pikiran) dan UPEKKHA (keseimbangan batin).
           
·         Arupa-Jhana 4 atau jhana tanpa materi
5)      Akasanancayatana- Jhana atau perenungan terhadap  keadaan dari konsepsi ruangan tanpa batas
6)      Vinnanancayatana-Jhana atau perenungan terhadap keadaan dari konsepsi kesadaran tanpa batas
7)      Akincannnayatana-Jhana atau perenngan  trhadap keadaan dari konsepsi kekosongan
8)      Nevasannannasannayatana-Jhana atau perenungan terhadap keadaan dari konsepsi bukan pencerapan pun bukan tidak pencerapanpun.
Setiap Jhana mempunyai 3 makna, yaitu:
§  “pembersihan”
a.       Pembersihan pikiran yang terbebas dari Nirvana/ rintangan batin.
b.      Gerakan pikiran yang menuju keenangan
c.       Tercapai ketenangan batin
§  “Keseimbangan”
a.       Keseimbangan pikiran yang telah dibersihkan
b.      Gema pikiran seimbang yang merupakan ketenangan bathin
c.       Tercapainya keseimbangan batin
§  “kepuasan”
a.       Puas atas keseimbangan batin
b.      Puas atas keselarasan keadaan kemauan
c.       Puas pada effektivitas  dari tenaga
d.      Puas pada kelancaran daam pengulangan proses-proses itu.
            Dalam melaksanakan Samatha- Bhavana kita bebas untuk memilih obyek yang sesuai untuk diri kita. Dalam Samatha-Bhavana ada 40 macam pokok obyek meditasi, yaitu:
a.       Kasina 10 (10 wujud benda)
1)      Pathavi-Kasina: perwujudan tanah
2)      Apo-kasina: Perwujudan air
3)      Tejo-Kasino: perwujudan api.
4)      Vayo-kasino: perwujudan hawa/udara
5)      Nila-kasina: perwujudan warna biru laut
6)      Pita-kasina:perwujudan warna kuning
7)      Lohita-Kasina: perwujudan warna merah
8)      Odata-kasina: perwujudan warna putih
9)      Aloka-kasina :perwujudan cahaya
10)  Akasa-kasina :perwujudan ruangan terbatas.
b.      Asubha 10 (10 wujud kekotoran)
1)      Uddhumataka: perwujudan suatu mayat membengkak
2)      Vinilaka : perwujudan suatu mayat wrna muka kebiru-biruan
3)      Vipubbaka: perwujudan suatu mayat bernanah
4)      Vicchiddaka: perwujudan suatu mayat terbelah tengahnya
5)      Vikkahayitaka: perwujudan suatu mayat di gerogoti binatang dan lain-lainnya
6)      Vikkhittaka: perwujudan suatu mayat yang telah hancur baur
7)      Hatavikkhittaka: perwujudan suatu yang busuk dan hancur
8)      Lohitaka : perwujudan suatu mayat yang berdarah
9)      Puluvaka : perwujudan suatu mayat yang dirubung  penuh belatung (kutu)
10)  Atthika :perwujudan suatu tengkorak
c.       Anussati 10 (10 macam renungan)
1)      Buddhanussati : perenungan terhadap jasa-jasa sang buddha
2)      Dhammanussati: perenungan terhadap jasa-jasa Sang Dhamma
3)      Sanghanussati : perenungan terhadap jasa-jasa Sang Sangha
4)      Silanussati : perenungan terhadap sila yang dilaksanakan
5)      Caganussati : perenungan terhadap Dana yang teah diberikan
6)      Devatanussati :perenungan terhadap jasa-jasa yang dapat mengakibatkan  kelahiran dialam Dewa
7)       Marananussati: perenungan terhadap kematian yang akan dialami
8)      Kayagatasasi : perenungan terhadap kekotoran jasmani
9)      Anapanasati : perenungan terhadap keluar masuknya napas
10)  Upasamanussati : perenungan terhadap keadaan nirwana, yang terbebas dari kekotoran batin dan derita.
d.      Appammanna 4  (4 keadaan yang tidak terbatas)
1)      Metta: cinta kasih yang universal, tanpa pamrih
2)      Karuna :Belas kasihan
3)      Mudita: Simpati
4)      Upekkha: keseimbangan batin
e.       Aharepatikulasanna 1 (1 perenungan terhadap makanan  menjijikan)
Yaitu merenungkan bahwa makanan adalah barang yang menjijikan bila telah berada dalam perut; direnungkan sampai kejijikn itu dirasakan.
f.       Catudhatuvavatthana 1 (1 analisa terhadap  keempat unsur)
Yaitu merenungkan unsur  tanah (pathavi) dan lain-lainnya yang berada pada dirikita
g.      Arupa 4 (4 renungan tanpa materi)
1)      Kasinugaghatimakasapannatti : obyek ruangan yang sudah keluar dari Kasina
2)      Akasanancayatana-citta:obyek kesadaran yang tanpa batas
3)      Natthibhavapannatti :obyek kekosongan
4)      Akincannayatana-citta:obyek bukan pencerapan, pun bukan tidak pencerapan.
Waktu yang baik untuk bermeditasi :
§  Pagi antara jam 04.00- 06.00
§  Sore antara jam 16.00- 18.00
§  Malam antara jam 19.00- 22.00
Cara-cara meditasi :
a)      Bacalah paritta dahulu sebelum bermeditasi
b)      Setelah itu duduk bersila , punggung dan dada harus lurustetapi dalam keadaan lemas tidak tegang/kaku.
c)      Mata melihat obyek yang diambil untuk beberapa saat,kemudian mata dipejamkan dan pikiran membayangkan obyek yang diambil tadi
d)     Pada tingkatan permulaan pikiran tentunya tidak dapat membayangkan obyek dalam waktu yang lama.
e)      Sebelum melaksanakan meditasi, sebaiknya minta petunjuk nasehat kepada guru meditasi atau mereka yang telah berpengalaman mengenai meditasi.
2.      Vipassana- Bhavana
Vipassana artinya pandangan terang. Vipassana adalah nama dari panna (kebijaksanaan), dan panna yang dapat mengetahui apa atau melihat apa disebut vipassana. Jadi vipassana adalah mengetahui atau melihat rupa-nama (materi-batin) sebagai tidak kekal  (anicca), derita (dukka) dan tanpa aku (anatta).
Perkembangan dari pandangan terang.
 Jalan Tengah
hutan yang sunyi, Manusia Besar kerap kali menyadari Kebenaran-Kebenaran yang mendalam dan memecahkan masalad-masalah yang rumit. Pertapa Gotama dari pengalaman pribadi sepenuhnya sekarang yakin tentang tidak bermanfaatnya penyiksaan diri, walaupun dianggap sangat perlu untuk pembebasan oleh pertapa ahli filsafat masa itu, yang sesungguhnya melemahkan kecerdasan seseorang, dan berakibat kelesuan dalam semangat. Beliau meninggalkan untuk selamanya hal yang ekstrim yang menyakitkan ini sebagaimana beliau meninggalkan ekstrim tentang kesenangan sendiri yang cenderung memperlambat kemajuan moral. Beliau memahami gagasan tentang pemakaian Jalan Tengah Emas yang kemudian menjadi salah satu Ajaran utama beliau. Penelusuran delapan jalan mulia
Penelusuran delapan jalan mulia
1.      Pandangan yang benar
2.      Pikiran yang benar
3.      Perkataan yang benar
4.      Tindakan yang benar
5.      Kehidupan yang benar
6.      Usaha yang benar
7.      Kesadaran yang benar
8.      Konsetrasi yang benerS